⛈️ Burung Tiba Tiba Mati

Burungmati kali pertama ditemukan tukang kebun PUPR Karangasem, Amien Basri (54), sekitar pukul 05.30 Wita. "Setiap malam burung preet (pipit) tidur di atas pohon. Aneh, burung tiba-tiba mati," kata Amin Basri. Warga Desa Belong, Kecamatan/Kabupaten Karangasem, itu belum bisa memastikan penyebab kematian ribuan burung pipit tersebut. Kematianmendadak sering terjadi pada burung kicauan maupun non-kicauan seperti perkutut dan merpati. Burung yang semula terlihat sehat, atau tidak menunjukkan perilaku sakit, tiba-tiba terkulai lemas di dasar sangkar lalu mati. Kondisi ini kerap menjadi pertanyaan bagi para kicaumania. RibuanBurung Tiba-tiba Jatuh Dari Langit Dan Mati Di Bali Posted on 11/09/2021 01/10/2021 Author Netizen Satu kejadian yang aneh dan luar biasa berlaku di Bali, Indonesia hingga mengejutkan penduduknya apabila ribuan burung jatuh dari langit secara tiba-tiba di kawasan tanah perkuburan di Banjar Sema Pring, Bali hingga mencetuskan pelbagai BurungTiba-Tiba Mati..Kenapa ? - Usaha Yang Menjanjikan Pages Home KejadianMenyeramkan Ratusan Burung Tiba-tiba Jatuh Gugur Dari Langit Dan Mati, Penduduk Dakwa Terdengar Bunyi Dentuman Posted on February 26, 2022 May 9, 2022 Author BT Baru-baru ini, satu fenomena aneh berlaku di Wales, United Kingdom yang menimbulkan seribu satu persoalan dikalangan penduduk. KejadianLangka Ratusan Burung di Meksiko Tiba-tiba Jatuh dari Langit, Penyebabnya Masih Misteri. Jumat, 18 Februari 2022 22:12 WIB. Tribunnews Bogor Burungyang semula sehat tiba-tiba saja lemas dan mati hanya dalam hitungan jam. Untuk mencegahnya, berikan pakan dengan kondisi masih baik, beli yang kemasannya masih bagus. Jangan diberikan jika pakan sudh berubah warna, berbau, dan berjamur. 3. Burung terkena racun Kematian mendadak pada burung juga sering akibat karena racun. Peristiwaburung pipit berjatuhan di Bali ternyata bukan yang pertama kali. Fenomena ini pernah terjadi tiga tahun lalu di bulan yang sama, 25 September 2017. Fenomena tersebut terjadi di dekat halaman gudang Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Kabupaten Karangasem. Kala itu ribuan burung pipit juga ditemukan mati secara tiba-tiba. Perihalyang dapat menyebabkan burung mati mendadak. Stroke akibat panas. Udara sekitar yang kurang baik "polusi". Stress yang over. Memakan serangga beracun. Pemberian pakan yang tak sewajarnya. Memakan buah mengandung racun atau pestisida. Stroke akibat panas. vCHz. KETIK DI KOLOM BAWAH INI 👇🏿 SOLUSI MASALAH BURUNG YANG PINGIN ANDA CARI…Sejumlah breeder burung kenari dan jenis finch lainnya kerap mengeluh, burung yang semula sehat tiba-tiba mati tergeletak di dasar kandang. Dalam beberapa kasus, para penggemar burung kenari dan finch bukan peternak juga menjumpai kasus serupa. Mengapa burung yang semula sehat tiba-tiba mati? Yuk, kita cek apa saja penyebab kematian mendadak pada burung kenari dan finch, serta yang terpenting bagaimana cara mencegahnya. Cara gampang mencari artikel klik di akan mengembangkan bulu-bulunya jika ada yang tidak beres dalam tubuhnya foto devianartKematian mendadak pada burung kenari dan finch biasanya terjadi akibat penyakit yang dideritanya. Kita abaikan dulu ya soal penyakit flu burung yang disebabkan virus H5N1. Kok begitu?Ya, karena berdasarkan pengamatan selama ini, kasus flu burung lebih sering menimpa itik, ayam, dan puyuh. Jarang sekali terjadi pada burung kicauan, perkutut, maupun merpati. Bahkan sebagian kalangan menyebut kasus ini cenderung berbau politis dan kepentingan jenis penyakit di luar flu burung yang bisa menyebabkan kenari dan finch mengalami kematian mendadak. Apabila burung mendadak terkena penyakit, lalu mati mendadak pula, sebenarnya itu pemahaman kita saja. Kalau saja burung bisa ngomong, tentu dia akan bercerita mengenai penyakitnya, he.. he.. he..Ya, sebelum mengalami kematian mendadak, burung sebenarnya sudah sakit terlebih dulu, baik yang disebabkan oleh agen penyakit berbentuk virus, bakteri, jamur, maupun parasit. Sebagian termanifestasi melalui gejala klinis yang muncul atau dapat kita lihat, namun sebagian lagi terkadang tidak dari kita mungkin pernah mendengar, burung pun pandai menyembunyikan kondisi kesehatannya. Sekilas tidak masuk akal, tetapi sebenarnya logis juga. Di alam liar, burung tidak mau terlihat sakit, baik di depan burung sejenis maupun burung jenis lainnya. Dengan memperlihatkan kondisinya yang sakit, maka dia akan menjadi bulan-bulanan burung penyakit paling sering mengakibatkan kematian mendadak pada burung kenari dan finch adalah infeksi pernafasan. Penyakit ini biasanya muncul pada pergantian musim, baik dari musim kemarau ke musim hujan maupun sebaliknya. Masa peralihan ini disebut pancaroba, dan sebentar lagi akan terjadi di gejala klinis dari burung kenari dan finch yang mengalami infeksi pernafasan antara lainBurung sering mengembangkan bulu-bulunya, sehingga bulunya terlihat acak-acakan. Jadi, ketika Anda menjumpai burung dalam kondisi seperti ini bukan hanya kenari dan finch saja, sebaiknya cepat tanggap dan segera memberi pertolongan lebih sering tidur daripada biasanya, terutama pada saat hari terang di mana ia seharusnya banyak mendadak kurang aktif, hanya berdiam diri di atas tangkringan, atau lebih sering berdiam di dasar sangkar. Istilah dalam bahasa Jawa, burung burung tersengal-sengal atau terengah-engah, seperti menahan burung sering berwarna kekuningan, putih, atau di sekitar dubur tampak basah. Tengara yang satu ini cukup akurat untuk mendeteksi apakah burung sakit atau sehat. Jika sehat, daerah di sekitar dubur cenderung kering dan peternak maupun pemilik burung kenari dan finch biasanya memberikan pertolongan pertama dengan menempatkan burung dalam kandang karantina yang bagian atasnya diberi lampu penghangat. Tapi faktanya, pemberian lampu ini justru mengakibatkan penyakit infeksi pernafasan makin bertambah itu, khusus untuk infeksi pernafasan, dokter hewan di Eropa justru tidak menyarankan penggunaan lampu pemanas bagi burung yang sedang sakit. Sebab temperatur di dalam sangkar yang bertambah panas bisa membuat penyakitnya jadi bertambah parah, yang bisa berakhir dengan kematian kandang karantina yang disertai lampu penghangat tetap bermanfaat bagi burung yang menderita sakit di luar infeksi pernafasan. Burung kenari atau finch yang terkena flu akibat cuaca dingin, misalnya, bisa diterapi dengan cara infeksi pernafasan pada burung kenari dan finch sebenarnya sangat banyak. Om Kicau pun sudah pernah menulis artikel terkait mengenai hal ini dengan sangat detail.baca juga Deteksi gangguan pernafasan pada burung Kalau Anda menjumpai kenari / finch dalam kandang ternak maupun sangkar mengalami gejala klinis seperti dijelaskan di atas, maka tindakan pertama yang perlu dilakukan adalah memindahkan burung tersebut ke kandang kandang karantina ini jauh dari kandang / sangkar burung yang masih sehat. Ingat, kandang karantina tak perlu dilengkapi dengan lampu pemanas. Usahakan burung berada dalam ruangan dengan suhu di Eropa, suhu kamar biasanya 20-25 derajat Celcius pada saat musim panas. Tetapi di Indonesia, suhu kamar berada dalam kisaran 28 – 29 derajat aplikasi Gratis... Suhu udara dalam kandang perlu dijaga terutama saat musim mudah punya ribuan file MP3 suara burung, klik di berikan pengobatan secara tepat dan teratur, berdasarkan jenis penyakitnya. Sebagai panduan, berikut ini jenis penyakit pernafasan dan pengobatannyaInfeksi pernafasan akibat penyakit CRD chronic respiratory disease / avian mycoplasmosis bisa disembuhkan dengan StopSnot. Apa dan bagaimana penyakit CRD, silakan lihat di pernafasan akibat penyakit koriza / infectious coryza. Pengobatannya sama seperti CRD, yaitu StopSnot. Apa dan bagaimana penyakit koriza, silakan buka arsipnya di pernafasan akibat penyakit ILT infectious laryngotracheitis bisa diobati dengan BirdTwitter. Gejala klinis dan informasi lengkap mengenai penyakit ILT bisa dilihat di pernafasan akibat penyakit colibacillosis / colisepticemia juga bisa diobati dengan Bird Twitter. Informasi mengenai penyakit ini bisa dilihat di pernafasan akibat tungau kantung udara / air sac mites bisa diobati dengan BirdFresh. Gejala dan informasi mengenai penyakit tersebut dapat dilihat di pernafasan akibat penyakit AI avian influenza. Sayangnya sampai saat ini belum ada obat yang benar-benar efektif untuk AI. Satu-satunya tindakan yang bisa dilakukan adalah mencegahnya melalui pemberian multivitamin seperti BirdVit, 2-3 kali seminggu. Apa dan bagaimana penyakit AI, Om Kicau pernah menulisnya di pernafasan sebagai dampak dari penyakit ND newcastle disease atau tetelo. Jika tetelonya diobat, misalnya menggunakan BirdPro, maka gangguan pernafasan akan mereda dengan sendirinya. Informasi mengenai penyakit ND / tetelo bisa dilihat di pernafasan sebagai dampak dari penyakit IB infectious bronchitis. Penyakit ini juga belum ada obatnya, sehingga lebih baik mencegahnya melalui pemberian multivitamin secara rutin, minimal 2-3 kali seminggu. Apa dan bagaimana penyakit IB, silakan buka arsipnya di dari Anda mungkin menganggapnya rumit. Tetapi karena burung merupakan modal sangat berharga bagi setiap penangkar, juga bagi para pemain di lapangan, tentu mau dong belajar mengenali gejala klinis pada burung-burung yang terkena infeksi yang hidup berkoloni lebih dari 3 ekor rentan terkena infeksi hal lagi, apabila Anda beternak atau memelihara burung finch secara berkoloni, maka pencegahan terhadap gangguan pernafasan ini mutlak diperlukan. Apabila jumlah burung dalam satu kandang lebih dari tiga ekor, biasakan memberikan multivitamin seperti BirdVit, 2-3 kali dalam Burung Anda kurang joss dan mudah gembos? Baca dulu yang SEHAT BERANAK PINAK… CARANYA? PASTIKAN BIRD MINERAL DAN BIRD MATURE JADI PENDAMPING gampang mencari artikel di klik di sini. Foto Ribuan burung pipit jatuh berhamburan ke tanah viral di media sosial, Kamis 9/9/2021. Tangkapan layar Instagram balibroadcast Jakarta, CNBC Indonesia - Balai Konservasi Sumber Daya Alam BKSDA Bali buka suara soal kejadian sekelompok burung pipit yang ditemukan berjatuhan di Bali beberapa waktu lalu. Kejadian tersebut terekam dalam video yang diunggah di Facebook. BKSDA menyebut harus melakukan autopsi lebih dulu untuk mengetahui penyebab kematian hewan tersebut. Kepala Seksi Wilayah 2, BKSDA Bali Sulistyo Widodo memprediksi burung pipit mati karena keracunan pakan yang tercemar herbisida atau obat pemberantas gulma. "Kenapa mati mendadak, harus dibuktikan secara ilmiah melalui proses autopsi bangkai dan kotoran burung. Tapi ada kemungkinan, salah satunya memakan pakan mengandung herbisida atau pestisida yang sifatnya toxic bagi burung," kata Sulistyo Widodo seperti dikutip dari Sabtu 11/9/2021. Burung tidak akan mati setelah selesai makan, namun ada proses toksifikasi yang memakan waktu hingga tingkatan kematian. Dia menyebut burung tersebut kemungkinan beristirahat pada malam hari dan esok paginya bangkau burung berserakan. Prediksi berikutnya adalah burung tertular penyakit tertentu. Burung pipit diketahui hidup berkoloi dengan jumlah besar dan membuat penularan penyakit cepat hingga angka kematian juga dalam jumlah besar. Dugaan berikutnya adalah perubahan drastis iklim. "Misalnya saja, cuaca di Bali sedang panas, pada saat burung burung beristirahat malam, tiba-tiba hujan lebat turun, suhu dan kelembapan udara berubah drastis, burung kaget, stres, dan kemudian mati massal. Ingat, tingkat stres pada satwa sangat potensial menjadi penyebab mortalitas massal," ucapnya. Video tersebut terjadi di kuburan Banjar Sema, Desa Pering, Kecamatan Blahbatuh, Kabupaten Gianyar dan direkam oleh Kadek Sutika. Dia menyebut peristiwa itu terjadi pukul WITA pada Kamis 9/9/2021. Sutika menemukan burung-burung berjatuhan saat hendak pulang dari tempat tinggal temannya. Saat itu cuaca sedang hujan. "Saat pulang saya lihat ke kuburan saya lihat anak-anak yang mengambil-ambil burung itu. Saya lihat ke kuburan, saya lihat ada banyak burung di bawah pohon, ada yang mati, ada yang masih hidup," ungkapnya. Burung-burung yang berjatuhan itu berada di bawah pohon asem di lokasi kuburan tersebut, dan diketahui sebelumnya tidur di atas pohon. Sutika mengklaim jumlah burung yang jatuh sekitar seribuan ekor. "Banyak sekali burung di sana, ribuan. Iya ribuan lebih. Saya pertama kali menjumpai hal seperti ini," kata lengkap, klik laman ini>>> [GambasVideo CNBC] Artikel Selanjutnya Pemandangan 'Sunset' Terbaik Dunia, Ada Bali Nih Gaes! sef/sef Hanya dua hal yang bisa membuat Maridep berbicara panjang lebar. Menyangkut dua hal itu kata-kata darinya serupa biji-biji kopi yang terlalu matang, digerakkan sedikit saja langsung jatuh berguguran. PERTAMA, ia akan sanggup meladeni siapa pun bila perlu selama tujuh hari tujuh malam untuk membicarakan tentang ilmu kesaktian. Kedua, ia akan dengan semangat membicarakan segala hal yang telah lalu. Dan siapa pun tidak ada yang sanggup menghentikannya ketika ia berbicara tentang orang-orang sakti di masa lalunya. Hanya ketika membicarakan dua hal itulah ia terlihat hidup. Jika di rumah hanya ada dia bersama anak dan istrinya, ia akan duduk di berugak, bersandar di tiang, dan memandang jauh ke depan dengan tatapan kosong. Ia terlihat seperti menunggu sesuatu terjadi dan ia akan bisa memulai bercerita tentang sesuatu itu. Malam ini, setelah menuntaskan makan malam, mereka bertiga duduk di berugak. Maridep seperti biasa bersandar di tiang dan menghadap halaman rumahnya. Dari dahan pohon jambu di belakang rumahnya, terdengar bunyi berisik ayam-ayam berebut dahan tempat tidur. Di kejauhan terdengar suara orang berteriak. Tidak jelas siapa yang berteriak. Mungkin ada orang berkelahi seperti dugaan istrinya, Gecinep, atau mungkin juga ada orang yang meninggal keluarganya seperti dugaan anaknya, Sekerto. Mereka berdua tidak tahu sama sekali apa dugaan Maridep tentang hal itu. Maridep hanya duduk, bersandar di tiang. Terdengar suara lolongan anjing dari puncak Mur Monjet. Gecinep berkata, ”Ada jin lewat.” Ia bersemangat dan sangat berharap Maridep akan menanggapi, tetapi tidak sama sekali. ”Arwah orang yang mati itu mungkin,” kata Sekerto. Maridep tetap diam. Mendadak suara lolongan anjing itu lenyap. Suasana menjadi sepi. Senyap. Hanya jari-jari Sekerto yang mengetuk-ngetuk lasah. Tiba-tiba ada yang jatuh di halaman, persis di depan Maridep. Ia terkesiap seperti terbangun dari tidur yang sangat panjang. Begitu saja ia turun menuju halaman, di situlah, tergeletak tepat di depannya bangkai seekor burung. Berwarna hitam. Ia mengangkat bangkai burung itu dan membawanya ke berugak, mendekatkannya ke lampu teplok, memerika, apakah ada luka tembak atau apa pun. Tidak ada. Mati tanpa ada tanda-tanda penyebabnya sedikit pun. Lalu ia kembali ke tempat ia memungut bangkai burung itu, mendongak, mencari tempat burung itu berada sebelumnya, tetapi tidak ada apa-apa, tidak ada dahan pohon. Seolah bukan rumahnya sendiri, ia mengedarkan pandangan ke sekeliling, dan yang ada hanya pohon jambu di belakang rumahnya. Tidak mungkin burung ini dari sana, katanya pelan. Istri dan anaknya memandang tegang. Gelagat Maridep membuat mereka takut. Mereka merasa tengah menerima kiriman sihir dari orang selaq yang mungkin saja ingin membinasakan mereka. Sekerto masih berusaha menghubungkan beberapa hal itu orang yang berteriak, lolongan anjing, dan kemudian burung yang jatuh di halaman mereka, dan sampailah ia pada sebuah kesimpulan, Maridep harus mengubur burung itu secepatnya karena sesuatu yang buruk pasti melekat di helai-helai burung itu. Ia hendak menyampaikan kesimpulan yang sangat ia yakini kebenarannya itu, tetapi Maridep lebih dulu bersuara. ”Kiriman arwah kakekmu,” kata Maridep kepada Sekerto. ”Arwah ayah yang kirim,” katanya kepada Gecinep. Gecinep menampakkan wajah bingung. Wajahnya yang tegang sekarang tampak kosong. Mertuanya telah meninggal bertahun-tahun lalu. Celurit menancap di kepalanya. Beberapa orang menduga ia ditetak oleh penunggu hutan karena ia menebang pohon yang berpenunggu. Salah seorang dukun yang dipercaya mengetahui tentang apa pun yang terjadi di dunia ini berkata ia dibunuh oleh dirinya sendiri. Sedang beberapa cerita lain menyebutkan ia telah dibunuh oleh seseorang yang ingin merebut lahan miliknya. Maridep sendiri diam-diam percaya ayahnya tidak mati. Ia yakin suatu hari ayahnya akan muncul di tempat yang tidak diduga-duga tanpa ada bekas luka sedikit pun di kepalanya. Kepercayaan itu masih terus hidup dalam diri Maridep. Ia sering kali duduk di berugak, hingga tengah malam, dan merasa ayahnya akan pulang. Ia sering kali menyiapkan tuak dan makanan yang enak-enak di berugak semata-mata untuk ayahnya. Namun ayahnya tak kunjung menampakkan diri. Kemudian, seorang diri, ia akan menghabiskan tuak dan makanan-makanan enak itu hingga ia benar-benar mabuk. Ketika mabuk pun, ia tidak banyak berbicara. Saat tiba-tiba seekor burung yang telah mati jatuh begitu saja di halaman rumahnya, seperti sebongkah batu, Maridep benar-benar merasakan kehadiran ayahnya. Ia memeriksa bangkai burung itu, mencari bekas luka, sengatan, atau bekas peluru, tetapi tidak ada apa pun. Ia memeriksa paruhnya, mengendusnya, mungkin saja burung itu memakan serangga mematikan, tetapi tidak ada tanda-tanda sedikit pun. ”Kakekmu orang sakti,” kata Maridep kepada anaknya. Sekerto tidak menanggapi, bingung harus berkata apa. ”Dulu dia sering pergi taruhan burung dara, dan tiba-tiba ada saja burung dara yang jatuh di rumah. Semuanya sudah mati,” lanjut Maridep. Gecinep ingin bicara, tetapi Maridep mendahului. ”Dulu pas saya kecil, saya ndak pernah susah masalah makan. Ayah saja yang pergi cari makan. Tiba-tiba ada yang jatuh. Gini dah.” Ia menjulurkan bangkai burung itu ke anaknya, tetapi saat anaknya hendak mengambil burung itu ia menarik tangannya dan memeriksa burung itu lagi. ”Benar dah. Dia yang kirim burung ini. Saya tahu, dia orang sakti, dia ndak mungkin dibunuh. Saya sudah tahu. Saya kasih tahu orang-orang itu dulu. Mereka ndak percaya. Bukan ayah saya yang mati itu. Dia ndak mungkin bisa dibunuh. Sama siapa pun. Boro-boro, dangkong, atau siapa pun.” Ia mengoceh. Gecinep dan Sekerto diam. Mereka tahu, Maridep tidak akan bisa dihentikan. Terdengar lolongan anjing lagi dari Mur Monjet. Sekarang terdengar seperti dua ekor anjing. Gecinep memiringkan kepalanya, dengan begitu ia bisa mendengar dengan lebih baik. Sekerto juga melakukan hal yang sama. Maridep masih memeriksa bangkai burung yang ada di tangannya. Mulutnya celimutan. Tidak ada yang tahu apa yang ia rapalkan. Apakah ia membaca mantra, membisikkan pertanyaan kepada burung itu di mana ayahnya berada, atau hal-hal lain yang hanya dirinya yang tahu. ”Tunggu di sini. Saya mau cari ayahmu.” Maridep berkata tiba-tiba. Gecinep berusaha menghentikan. ”Dia sudah lama mati. Jelas-jelas dia yang mati itu. Burung itu mungkin makan belalang beracun tadi. Diam-diam di rumah.” Ia setengah membentak. Sekerto juga berusaha menghentikan ayahnya dengan mengulangi kata-kata ibunya. Sekerto belum lahir ketika kakeknya meninggal, tetapi ia berkata tentang kematian kakeknya seolah-olah ia telah lahir saat itu dan ikut mengusung bangkai kakeknya dari hutan, dengan celurit masih menancap di kepalanya, dan hanya dibungkus dengan terpal lusuh. ”Dia ada di sekitar sini. Dia sakti, dia ndak bisa mati.” Maridep masuk ke rumah, masih memegangi bangkai burung, dan keluar membawa keris. ”Keris ini berbunyi kalau ada pemiliknya di dekatnya. Ayah saya punya keris ini.” Ia menyodorkan keris yang telah diselimuti sarang laba-laba dan tampak dibalut debu tebal. Ia terbatuk-batuk sebentar dan kembali berkata, ”Saya mau cari ayah saya. Dia belum mati. Pasti.” Gecinep terus berusaha menghentikan Maridep. Sekerto juga terus berusaha membantu ibunya. Sekerto diam-diam takut ayahnya akan mengalami hal yang sama sebagaimana yang menimpa kakeknya. Namun kata-kata penuh kecemasan yang mereka lontarkan tidak digubris. Maridep terus berkata tentang betapa sakti ayahnya di masa lalu seolah-olah kata-kata keluar sendiri dari kepalanya, tanpa bisa ia tahan. ”Diam di rumah,” Gecinep membentak. Ia juga takut akan terjadi hal serupa kepada suaminya. Namun Maridep bersikukuh. ”Ini tanda ayah masih hidup,” katanya sambil menjulurkan bangkai burung di tangan kirinya. Dua helai bulu burung terlepas dan melayang jatuh. Pada saat Maridep hendak pergi, tiba-tiba terdengar sesuatu jatuh di halaman. Tiga beruntun. Gecinep cepat turun dari berugak. Sekerto juga. Ia bahkan meloncat dan mendahului Maridep. ”Ada tiga ekor bangkai burung,” kata Sekerto. Maridep berdiri di dekatnya. Sekerto menyerahkan tiga bangkai burung itu dan mendongak, mencari asal muasalnya, tetapi tidak ada petunjuk apa pun. Hanya ada bintang berkelip-kelip. ”Dia sudah yang kirim burung ini. Saya tahu. Tunggu di rumah, saya mau cari dia,” ujar Maridep. Tiba-tiba ada yang jatuh lagi. Ngerapak. Banyak. Persis di samping mereka. Berkat sinar lampu dari berugak, Sekerto bisa melihat di sekelilingnya berserakan sesuatu berwarna hitam. Seperti bongkah-bongkah batu. Bangkai-bangkai burung. Gecinep yang tidak ikut ke halaman, melainkan hanya berdiri di dekat berugak, langsung menjerit. Ketakutan. Dari mana datangnya, teriaknya. Mungkin karena mendengar jeritannya, dari puncak Mur Monjet terdengar lolongan anjing. Maridep menunduk, mengumpulkan bangkai-bangkai burung itu. Sekerto juga membantu. Selama memungut itu, Maridep terus berkata kalau ayahnya sangat sakti, dan tidak akan bisa dibunuh oleh siapa pun, bahkan oleh dirinya sendiri. Sedang Gecinep, melihat tangan anak dan suaminya telah penuh, ia cepat mengambil bakul besar dan melemparkannya ke halaman. Ia tidak berani keluar dari naungan atap, seolah bangkai burung akan membuat kepalanya bocor. Belum seluruhnya dipungut, bangkai burung yang baru berjatuhan lagi. Kali ini lebih banyak. Seperti hujan. Maridep berteriak menyuruh anaknya segera ke berugak. Sekerto melepas bangkai-bangkai burung di tangannya dan berlari. Maridep mendongak dan tidak ada lagi bintang-bintang. Langit gelap pekat. Bangkai burung berjatuhan dari tempat yang tidak ia ketahui. Lolongan anjing masih terdengar. Jauh. Dekat. Jauh. Dekat. ”Dari mana bangkai burung ini?” Sekerto ketakutan. Suaranya bergetar. ”Ya, dari mana?” Gecinep tidak kalah takutnya. Ia bahkan menangis. Sementara mereka bertanya, di atap berugak, atap rumah, terdengar suara berisik bangkai burung yang berjatuhan seperti bongkahan batu ditumpahkan dari langit. Maridep melihat ke halaman, dan sekarang seluruh halamannya dipenuhi bangkai burung. ”Dari mana burung ini?” Sekerto berteriak. Maridep terdiam. Ada kecemasan di wajahnya. Di tangan kirinya masih ada seekor bangkai burung. ”Dari mana?” Gecinep bertanya lagi. Mendesak. Membentak. Namun Maridep tetap tidak berbicara. Maridep tetap diam. Untuk kali pertama, ilmu kesaktian dan segala cerita dari masa lalu lenyap dari kepalanya. * - ARIANTO ADIPURWANTO Lahir di Selebung, Lombok Utara, 1 November 1993, tetapi di KTP tertera 31 Desember 1992. Kumpulan cerpennya yang berjudul Bugiali Pustaka Jaya, 2018 masuk 5 besar prosa Kusala Sastra Khatulistiwa tahun 2019.

burung tiba tiba mati